Home

Senin, 19 Maret 2012

Contoh Jurnal


Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer

 Ratri Widianingsih 1), Awang Harsa Kridalaksana 2),
Ahmad Rofiq Hakim 3)
Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Mulawarman
Jl. Barong Tongkok no.5 Kampus Unmul Gn. Kelua Sempaja Samarinda 75119

Abstrak
Pembangunan aplikasi tes buta warna dengan metode ishihara berbasis komputer bertujuan untuk kegiatan tes buta warna yang menghasilkan kesimpulan normal, buta warna parsial dan buta warna total, dan hasil tes tersimpan di suatu database komputer. Metode untuk tes buta warna yang dipakai adalah metode yang ditemukan oleh Dr. Shinobu Ishihara yaitu metode Ishihara. Untuk pembangunan aplikasinya menggunakan tahapan analisis, desain dan implementasi. Studi kasus dalam penelitian ini dilaksanakan untuk tes buta warna untuk persyaratan  tes kesehatan di POLTABES Samarinda. Untuk membangun aplikasi ini digunakan Visual Basic 6.0 dan Microsoft Access 2007. Penelitian ini telah menghasilkan suatu Aplikasi Tes Buta Warna dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer yang digunakan untuk tes buta warna di POLTABES Samarinda. Dengan hasil keluaran berupa print out Surat Keterangan Kesehatan dengan menyebutkan hasil tes buta warna yaitu normal, buta warna parsial atau buta warna total.

Pendahuluan
Tes buta warna adalah suatu tes yang digunakan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna atau tidak. Hasil dari tes buta warna ada 3 macam yaitu buta warna total, buta warna sebagian (parsial) dan normal. Hasil tes buta warna sangat penting terutama untuk melanjutkan pendidikan dan bekerja di bidangbidang tertentu seperti teknik elektro, teknik Informatika, desain dan lain-lain. Salah satu metode tes buta warna yaitu metode Ishihara. Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan gambar-gambar berisikan berbagai warna. Diantara warna-warna itu terbentuk angka-angka.
Proses tes buta warna dengan metode ishihara ini umumnya dilakukan secara manual, yaitu dengan memperlihatkan lembar-lembar gambar oleh seorang petugas tes buta warna dan peserta tes diminta menyebuatkan angka-angka
yang terlihat pada gambar. Dari beberapa gambar yang diperlihatkan dan jawaban yang diberikan oleh peserta tes butawarna, maka petugas akan menyimpulkan apakah peserta tes mengalami buta warna total, parsial atau normal. Proses ini berlangsung untuk 1 orang peserta tes dan hasilnya dicatat oleh petugas di lembar atau form hasil tes buta warna. Proses tes butawarna yang dilakukan secara manual dan hasil yang didapat hanya tercatat pada suatu lembar form tertentu. Jika pengarsipan pada lembaga yang menyimpan data hasil tes tidak baik maka dimungkinkan seseorang yang sudah melakukan tes buta warna akan berulang kali melakukan tes buta warna untuk berbagai keperluan. Permasalahan ini memunculkan ide untuk membangun aplikasi tes buta warna dengan menggunakan komputer. Tes akan dilakukan dengan menggunakan layar computer pengganti kertas-kertas berisi gambar dari metode Ishihara, dan diolah melalui komputer, hasil tes tersimpan di dalam database sehingga petugas kesehatan dapat mengecek data yang lalu serta menghasilkan laporan yang dapat langsung dicetak melalui printer.

Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan dibahan meliputi :
1. Metode yang digunakan untuk tes buta warna adalah metode Ishihara, tidak menggunakan metode tes buta warna lain.
2. Output dari aplikasi yang dibangun berupa surat keterangan terhadap hasil tes.
3. Aplikasi tes buta warna hanya member output kesimpulan mata normal, buta warna parsial dan buta warna total.


untuk contoh lengkapnya bisa download disini 

sumber :  

http://ebookdatabase.net/j/jurnal-berbasis-komputer


Minggu, 18 Maret 2012

Beratap dan Beralaskan Kardus

Sore hari, seminggu yang lalu tepatnya di televisi. Salah satu stasiun televisi menyajikan acara bagaimana potret kehidupan sehari-hari dari sebuah keluarga yang bisa dibilang tidak berkecukupan/tidak mampu. Keluarga ini betempat tinggal di pedalaman daerah Bekasi. 


Entah apa yang menimpa keluarga mereka, sehingga sepasang kakek nenek yang tidak memiliki anak dan cucu setiap harinya harus merasakan kesusahan di hari tuanya. Bayangkan saja, untuk memenuhi kebutuhan perut yang lapar, mereka tidak bisa makan dengan makanan atau lauk yang layak dan enak. Mereka harus makan dengan makanan yang sudah tidak layak untuk dimakan. Makanan basi yang sudah tidak enak seharusnya dibuang, tetapi dimakan oleh mereka.  Mereka harus memakannya untuk mengisi perut mereka yang lapar.


Tidak hanya makanan yang tidak layak, untuk tempat tinggal yang layak pun mereka tidak punya. Rumah yang seharusnya melindungi mereka dari kepanasan, kehujanan, kedinginan, dan hal lainnya tidak dapat mereka rasakan di hari tua mereka. Mereka harus tidur, beristirahat serta melepas kelelahan mereka dengan tidur di samping kandang ayam. Kandang ayam itu dibangun di atas got (saluran air), sedangkan kakek nenek ini harus tidur di atas pondasi semen yang sengaja dibuat untuk menutup saluran dengan beratapkan dan beralaskan kardus.


Sungguh iba jika melihat kehidupan saudara-saudara kita lainnya yang serba tidak berkecukupan. Tidak seharusnya mereka merasakan seperti itu. Kakek yang sudah tidak bisa bekerja dikarenakan tidak bisa melihat, harus menerimanya dengan lapang dada akan kehidupannya yang sekarang. Sang nenek pun melayani kakek dengan penuh kasih saying meskipun sang kakek sudah tidak mampu untuk menafkahinya.Sungguh keluarga yang harmonis, meski mereka harus menjalani hidupnya dengan cara seperti itu.

Senangnya Bisa Membantu Kepada Sesama

Berbagi kepada sesama atau menolong sesama, merupakan suatu hal bersifat mulia yang menurut saya benar-benar sangat positif bagi khalayak yang membutuhkan. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk dapat membantu sesama. contohnya donor darah.
 
Pernahkan kalian donor darah?

Apa pendapat kalian tentang donor darah?

Apa yang ada di pikiran anda ketika mendengar kata donor darah?

Bagaimana perasaanmu bisa mendonorkan darahmu untuk orang lain?

Khusus saya, donor darah itu merupakan suatu hal yang mengasyikan dan menyenangkan. Donor darah (transfusi darah) merupakan suatu proses pemindahan darah dari para pendonor yang sehat kepada penderita atau yang membutuhkan darah. Kalian dapat mendonorkan darahnya di tempat yang menyediakan fasilitas untuk mendonorkan darah, seperti di unit transfusi darah seperti PMI (Palang Merah Indonesia).

Semua orang di kalangan dewasa bisa untuk mendonorkan darahnya, namun tidak menutup kemungkinan ada yang tidak berani dan tidak bisa untuk mendonorkan darahnya. Hal itu mungkin karena faktor-faktor tertentu. Mungkin sebagian orang takut, baik takut karena proses pengambilan darahnya, takut karena jarum yang digunakan untuk pengambilan darahnya, atau takut karena banyak isu yang menyangkut akan donor darah. Ada yang tidak dapat mendonorkan darahnya karena ada penyakit tertentu. Hal itu juga yang pernah saya alami ketika membayangkan akan hal donor darah.

Namun, Donor darah merupakan niat yang sudah lama saya inginkan ketika saya masih bersekolah. Karena di sekolah sering mengadakan kegiatan rutin untuk donor darah sekolah. Istilah Donor Darah Sekolah sering disebut dengan “DORAS”. Namun, ada hal yang menghalangi saya untuk donor pada saat itu. Yaitu ketika pemeriksaan darah, dimana kadar Hemoglobin saya selalu kurang. Sampai lulusnya saya dari sekolah, saya belum bisa berpartisipasi untuk mendonorkan darah di sekolah. Tetapi saya selalu optimis, pasti suatu saat saya bisa berpartisipasi untuk mendonorkan darah saya untuk yang membutuhkan.

Di penghujung akhir tahun 2010, saya diminta oleh teman main saya dari kecil untuk  menemaninya ke Unit Transfusi Darah tepatnya di PMI Jakarta untuk donor darah. Yang ada dalam benak saya, kenapa juga saya cuma menemani teman saya, kenapa tidak sekalian saja saya ikut mendonorkan darah saya. 

Sesampainya di PMI, saya ikut mengisi formulir yang berisikan biodata diri yang harus diisi dengan lengkap. Kemudian lembaran itu diserahkan kepada petugas, dan berikutnya pengecekan kesehatan yang ditangani oleh dokter. Dokter meminta saya untuk pengecekan kesehatan seperti berat badan, tekanan darah, serta pengecekan kadar hemoglobin (pengambilan darah dengan disuntikkan di salah satu jari). Pengecekan kesehatan selesai, dan dokter menyuruh saya untuk menunggu hasilnya.  Dan dokter menyampaikan, bahwa hasil pengecekan bagus, berat badan memenuhi, tekanan darah normal, dan kadar Hemoglobin pun bagus. Ini merupakan pertama kalinya saya bisa mendonorkan darah saya. Dan saya pun memasuki ruang tunggu.

Tidak lama kemudian petugas memanggil nama saya, dan saya memasuki ruang donor, dan ternyata di dalam ruangan itu banyak sekali yang sedang melakukan transfusi darah. Sempat terasa deg-degan  karena ini baru pertamanya donor, namun saya berusaha untuk santai, dan nyaman.

Sebelum berbaring, pendonor diharuskan mencuci tangan sampai siku tangan hingga bersih dan kering. Kemudian saya berbaring, dan proses pengambilan darah pun berlangsung.  Saat transfusi darah berlangsung, saya sempat berbincang sebentar dengan petugas. 

Dan saya menanyakan kepada beliau, “saat ini golongan darah apa yang sangat-sangat diperlukan?”. 
Petugas menjawab, “golongan darah O yang benar-benar sangat dibutuhkan, karena minim stock darah yang kami punya. Sebagian besar pendonor yang melakukan transfusi darah mempunyai golongan darah A, golongan darah B. Sedangkan setengah dari jumlah golongan darah A dan B, itu jumlah golongan darah AB. Sebenarnya banyak dari data pendonor yang memiliki golongan darah O, tetapi ketika pengecekan kesehatan tidak memungkinkan untuk melakukan transfusi darah”. Dan petugas pun bangun dari tempat duduknya.
  
Sesekali saya melihat timbangan darah, dan tidak lama kemudian  alarm berbunyi menunjukkan bahwa sudah mencapai 250cc. Petugas menghampiri, dan melepaskan perangkat transfusi darah dari tangan saya. Transfusi darahpun selesai. Alhamdulillah, perasaan saya pun semakin senang.

Di lain hal, banyak yang beranggapan bahwa mendonorkan darah bisa membuat kita menjadi lemas, anggapan itu salah. Melainkan saat kita mendonorkan darah, maka tubuh akan bereaksi langsung dengan membuat penggantinya. Jadi, kita tidak akan mengalami kekurangan darah. Menurut Selain membuat tubuh memproduksi darah-darah baru, banyak manfaat yang dapat kita rasakan, diantara lainya :
  1. Mengetahui golongan darah, 
  2. Menjaga kesehatan jantung, 
  3. Meningkatkan produksi sel darah merah, 
  4. Membantu penurunan berat tubuh, 
  5. Mendapatkan kesehatan psikologis, 
  6. Mendeteksi penyakit serius, 
  7. Sekali menjadi Donor dapat menolong/menyelamatkan 3 orang pasien yang berbeda, 
  8. Pendonor yang secara teratur Mendonorkan Darah (setiap 3 Bulan) akan menurunkan Resiko Terkena penyakit Jantung sebesar 30 %   (British Journal Heart) seperti serangan jantung Koroner dan Stroke.
  9. Simbiosis mutualisme(Darah anda dapat menyelamatkan jiwa orang lain secara langsung),
Simbiosis mutualisme. Itulah yang akan kita rasakan jika kita melakukan donor darah, sebab setiap tetes darah yang kita sumbangkan tidak hanya dapat memberikan kesempatan hidup bagi yang menerima tetapi juga memberikan manfaat kesehatan bagi pendonornya.

Usia untuk pendonor bisa dilakukan ketika menginjak usia 17 tahun sampai usia maksimal 65 tahun. Cobalah untuk membiasakan dan memberanikan diri untuk mendonorkan darah. Pendonor bisa mendonorkan darahnya secara berkala setiap tiga bulan sekali. Donor darah tidak hanya akan memberikan perasaan yang senang karena dapat membantu sesama, namun bermanfaat positif bagi kesehatan tubuh kita sendiri. Inilah yang saya rasakan ketika seusai mendonor. Di sisi lain, kita dapat mengambil hikmah dari donor darah. Donor darah dilakukan dengan ikhlas pasti lebih nyaman bila dibandingkan dengan yang terpaksa. Donor itu tidak membebani kita, dan donor itu bukan hanya untuk kepentingan sendiri, tetapi setetes darah yang kita sumbangkan sangat-sangat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Senangnya bisa membantu sesama.