Home

Jumat, 16 Desember 2011

Peristiwa Sama, Sumber berbeda

Pada postingan di bawah ini, bisa dikatakan menceritakan tentang peristiwa atau kejadian yang sama, namun dikutip dari dua sumber berita yang berbeda. Agar pembaca dapat lebih mudah memahami perbedaan yang terdapat dari dua sumber berita, maka tanpa saya kurangi sedikitpun isi dari berita tersebut.
 
SUMBER PERTAMA

Kesal Nama Gengnya Dicoret
Bocah SD Celurit Siswa SMP Hingga Tewas

Selasa, 29 November 2011 - 7:41 WIB


CIRACAS (Pos Kota) – Tindak kekerasan dan perilaku sadisme sepertinya tak lagi didominasi orang dewasa. Anak di bawah umur kini sudah mulai tertular. Contohnya adalah yang dilakukan FAR. Bocah kelas 6 SD ini menclurit seorang pelajar SMP hingga tewas. Pemicunya pun persoalan sepele saja. FAR dan bocah-bocah sebayanya kesal karena nama gengnya yang ditulis di tembok dicoret oleh korban.

FAR dibekuk petugas Polsek Ciracas dipimpin Kanit Reskrim Iptu Entong Raharja, Senin (28/11) dinihari, di rumahnya di Ciracas, Jakarta Timur. Sebilah clurit yang dibuang tersangka disita polisi dari kawasan Kober, Jaktim.
Selain FAR, polisi juga meringkus 2 rekannya NE, 17, dan DS, 14, (keduanya siswa SMP). Mereka kini meringkuk di sel Polsek Ciracas.
Sebelumnya, Sabtu (26/11) malam, FAR, 14, NE, dan DS menghabisi Immanuel Siagian, 14. Mayat pelajar kelas 2 SMPN 257 itu ditemukan tergeletak di Jl Damai, Susukan, Jakarta Timur dengan luka sabetan clurit di dada kiri dan punggungnya (Pos Kota, 28/11).

DIHADANG 10 REMAJA
FAR saat diperiksa poisi mengakui menclurit korban karena kesal.
“Ia melihat korban mencoret nama geng tersangka yang tertulis di tembok di Jl. Raya Susukan. Hal ini membuat anggota geng itu kesal dan merasa dilecehkan. Sebelum diclurit oleh tersangka FAR, korban dipukuli dengan bambu dan batu oleh tersangka DS dan NE,” ujar Kapolsek Ciracas, Kompol Senen.
Menurut Senen, pengeroyokan berujung maut itu terjadi sesaat setelah Immanuel bersama tiga temannya keluar dari sebuah warnet di Jl. Damai. Ketika empat remaja itu berjalan kaki untuk pulang, 10 anak muda menyerang, termasuk FAR, DS dan NE.
Melihat itu, tiga teman Immanuel kabur. Kawanan itu lalu menuding Immanuel sebagai anggota kelompok musuh geng mereka, bahkan dituduh sebagai pencoret nama geng. Tanpa ampun, remaja itu menjadi bulan-bulanan.
Tak hanya dipukuli dengan tangan kosong, ia juga dipukuli dengan bambu dan dihantam batu. Pengeroyokan berhenti setelah korban tergeletak tak berdaya kena clurit. Kawanan itu kemudian kabur meninggalkan korban begitu saja. Dua warga yang melintas di jalan itu melihatnya lalu melarikan Immanuel ke RS Pasar Rebo, tapi nyawanya tak bisa diselamatkan.

Kediaman FAR di Jl Subur, kemarin, tampak sepi. Beberapa kali pintu rumahnya diketuk , namun tak ada jawaban. Seorang warga di sekitar rumah tersangka mengatakan sejak peristiwa itu, lingkungan di sana menjadi sunyi. “Tak ada lagi anak-anak nongkrong sekarang,” ujarnya. 

ANAK PENDIAM
“Anak itu sehari-hari pendiam, tak suka berkelahi. Bahkan, setiap pulang sekolah langsung pulang dan tak suka main ke mana-mana,” ungkap Panin Siagian mengenang anak ketiga dari empat anaknya itu di rumah kontrakannya di Jl. Damai, Senin (28/11).
“Dia juga bukan anggota geng apapun. Kalaupun ada temannya yang anak geng itu karena dia mengenalnya dan tinggal berdekatan. Bukan sebagai anggota geng,” ungkapnya.
Sopir Kopaja 502 jurusan Kp. Melayu – Tanah Abang ini berharap pembunuh Immanuel dihukum berat sesuai dengan tindakannya. “Saya tak terima anak yang begitu baik diperlakukan seperti itu,” katanya.
Immanuel, kemarin, dikuburkan di TPU Pondok Ranggon. Sejumlah kerabat dan teman sekolah ikut menghadiri pemakaman itu. “Saya masih terus teringat Immanuel, bahkan tak berani melihat fotonya karena sedih,” sambung Saida Siringoringo, 43, ibu korban. (ifand/b).


 SUMBER KEDUA
Geng-gengan, Anak SD Bunuh Siswa SMP
Rabu (30/11) | 14:54  Ciracas










Ciracas, Warta Kota
SEORANG siswa kelas 6 SD berinisial FAR, tega membunuh siswa kelas 2 SMPN 257 Jakarta, Immanuel Siagian (14), dengan celurit, Sabtu (26/11). Pemicunya hanya persoalan sepele, yakni masalah geng-gengan remaja.
FAR dan teman-temannya tidak terima lantaran nama gengnya yang ditulis di tembok dicoret orang lain. Mereka menduga, yang mencoret adalah Immanuel.
Senin (28/11) kemarin FAR dan dua rekannya, NE (17) dan DS (14), diringkus di rumahnya masing-masing di kawasan Ciracas, Jakarta Timur. Kini mereka ditahan di Polsektro Ciracas. Selain itu, polisi menyita sebilah celurit yang ditemukan di kawasan Kober, Jakarta Timur. Celurit itulah yang digunakan FAR membacok Immanuel.
Kepala Unit Reskrim Polsektro Ciracas AKP Entong Raharja menuturkan, FAR tergabung di geng baduy yang antara lain beranggotakan anak-anak di Jalan Damai, dan Immanuel tergabung di geng kober yang berisi anak-anak dari Gang Kober. Kedua lokasi jalan itu saling berdekatan.
Menurut Entong, awalnya FAR dan rekan-rekannya menuliskan nama geng baduy di perbatasan antara Jalan Damai dan Gang Kober, namun kemudian dicoret dan diganti kober. Lantaran tidak terima, FAR dan rekan-rekannya mengundang geng kober pada Sabtu (26/11).
Entong menjelaskan, peristiwa penganiayaan itu terjadi di Jalan Damai, Susukan, Jakarta Timur, sekitar pukul 22.00. Saat itu, lanjut Entong, geng kober kalah jumlah dengan geng baduy. Melihat kondisi itu, tiga teman Immanuel melarikan diri.
Geng baduy yang datang dengan 10 orang menuding Immanuel sebagai pencoret nama geng mereka yang tertulis di perbatasan Jalan Damai dan Gang Kober. Kemudian, tanpa ampun, Immanuel pun dikeroyok.
Sebelum dibacok celurit hingga tewas, Immanuel sempat dipukuli beramai-ramai terlebih dulu menggunakan bambu dan batu. Pengeroyokan berhenti setelah korban tergeletak tak berdaya. Immanuel tewas dengan luka bacokan di dada kiri dan punggungnya.
Entong mengungkapkan, sebenarnya FAR seumur dengan dua rekannya yang ikut diringkus. Tetapi, FAR sudah tiga kali tinggal kelas, sehingga sekarang masih duduk di bangku kelas 6 SD.
Polisi, lanjut Entong, telah memeriksa 11 saksi dari pihak korban dan tersangka. Kini, kata Entong, pihaknya masih mengejar satu pelaku lainnya. Namun, pelaku sudah melarikan diri.
"Namanya sudah kami kantongi. Dia sudah tidak di rumah, tapi orangtuanya masih ada di rumah. Kami masih terus melakukan pengejaran," ucap Entong saat dihubungi Warta Kota, semalam.
Anak pendiam
Sementara itu, berdasarkan keterangan ayah Immanuel, Panin Siagian kepada polisi, ternyata Immanuel tergolong anak pendiam. Bahkan, setiap pulang sekolah, Immanuel tidak bermain ke mana-mana tetapi langsung pulang ke rumah.
Selain itu, kepada polisi sang ibu juga mengungkapkan bahwa anaknya tidak pernah ikut anggota geng apapun. Jenazah Immanuel sudah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon. Immanuel adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Saida Siringoringo (43) dan Panin Siagian (48). (m2)

web terkait
Sumber pertama :
Sumber kedua :





Persamaan dan Perbedaan dari dua sumber :



  • Sama-sama menjabarkan dengan jelas dari kejadian tersebut.
  • Sama-sama menggunakan inisial nama pada pelaku.
  • Sama-sama menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh para pembaca.
  • Sumber pertama menggunakan bahasa yang relatif sopan, namun terdapat kejanggalan dalam penulisannya. contoh "Menurut Senen, pengeroyokan berujung maut itu terjadi sesaat setelah Immanuel bersama tiga temannya keluar dari sebuah warnet di Jl. Damai". "Senen" ditujukan kepada salah satu nama kapolsek Ciracas, yang menurut saya lebih baik dan sopan jika tertulis "Menurut Kompol Senen,...".
  • Sumber kedua menurut saya lebih ringkas dan singkat dari segi cerita yang terdapat pada tiap paragraf, namun jelas.